1.
Diftong
Perangkap
bunyi vokoid disebut diftong, sedangkan perangkap
bunyi kontoid disebut kluster.Masalah
diftong/vokoid rangkap ini berhubungan dengan sonoritas/tingkat kenyaringan
suatu bunyi. Dalam
praktiknya,bunyi diftong ini dua macam,yaitu (a) diftong menurun (falling diphtong)
dan (b) diftong menaik (rising diphtong).
Diftong
menurun vokoid (falling diphtong) adalah diftong yang
ketika perangkapan bunyi vokoid itu diucapkan,vokoid pertama bersonoritas ,sedangkan vokoid kedua
kurang bersonoritas bahkan mengarah ke bunyi non vokoid.
Contoh: [pulaw] ‘pulau’
[sampay] ‘sampai’
[harimaw]
‘harimau’ [ramay]
‘ramai’
Diftong
menaik (rising diphthong) adalah diftong yang
ketika perangkapan bunyi vokoid itu diucapkan,vokoid pertama kurang/menurut
sonoritasnya dan mengarah ke bunyi nonvokoid,sedangkan vokoid kedua menguat
sonoritasnya.
Contoh
: [mwa] ‘moi ’
(bahasa Prancis)
[sabwa] ‘sebuah’ (bahasa
minang)
2.
Kluster
Bunyi
kluster/ konsonan rangkap
(dua
atau lebih) merupakan bagian dari struktur fonetis atau fonotaktis yang
disadari oleh penuturnya.
Oleh
karena itu,pengucapan pun harus sesuai dengan struktur fonetis tersebut. Sebab,kalau salah
pengucapan akan berdampak pada pembedaan makna.
Bahasa-bahasa
Barat,baik bahasa Inggris,Belanda maupun Jerman,Kluster ini sangat mewarnai
stuktur fonetisnya. Dalam
Bahasa Inggris misalnya,pola klusternya dapat dirumuskan sebagai berikut:
K
|
K
|
K
|
p
|
S
|
I
|
t
|
|
r
|
|
y
|
|
|
w
|
Kluster dalam
bahasa indonesia sebagai akibat pengaruh stuktur fonetis unsur serapan. Namun, pada umumnya kluster
bahasa indonesia seputar kombinasi berikut:
a)Jika
Kluster terdiri atas dua kontoid,yang berlaku adalah:
kontoid pertama
hanyalah sekitar [p],[b],[k]
kontoid kedua hanyalah
sekitar [l],[r],[w]
Contoh: [p]
pada [pleonasme] [gr] pada [grafik’]
[b] pada [gamblan] [fr] pada [frustasi]
[k] pada [klinik] [sr] pada [pasrah]
b)
Jika kluster terdiri
atas tiga kontoid,yang berlaku adalah:
kontoid
pertama selalu[s]
kontoid
kedua[t] atau[p]
kontoid
ketiga [r] atau[l]
Contoh: [str] pada [strategi]
[spr] pada [sprinter]
[skr] pada
[skripsi]
3.Silaba
Silaba
atau suku kata adalah suatu kenyaringan bunyi yang diikuti dengan satuan
denyutan nada yang menyebabkan udara keluar dari paru-paru.Untuk memahami
tentang suku kata ini para linguis atau fonetis berdasarkan pada dua
teori,yaitu:(1)teori sonoritas dan
(2)teori prominans.
Teori
sonoritas menjelaskan bahwa suatu rangkaian bunyi bahasa diucapkan oleh penutur
selalu terdapat puncak-puncak kenyaringan(sonoritas) di antara bunyi-bunyi yang
diucapkan.Contoh: ucapan
kata bahasa indonesia [mendaki]
terdiri atas tiga puncak kenyaringan.
Puncak kenyaringan adalah[ә]pada [mәn],[a] pada [da]
dan [i] pada [ki]. Dengan
demikian,kata [mәndaki]
mempunyai tiga suku kata.Suku kata pertama berupa bunyi sonor[ә] yang didahului
kontoid[m] dan diikuti kontoid
[n]; suku kata berupa bunyi
sonor[a] yang didahului kontoid
[d]; dan suku kata ketiga
berupa bunyi sonor[i] yang
didahului kontoid[k].
Teori
prominans menitikberatkan pada gabungan sonoritas dan ciri ciri
suprasegmental,terutama jeda
(juncture). Ketika rangkaian bunyi
itu diucapkan,selain terdengar satuan kenyaringan bunyi,juga terasa adanya jeda
di antaranya,yaitu kesenyapan sebelum dan sesudah puncak kenyaringan.Atas
anjuran teori ini,batas di antara bunyi-bunyi puncak diberi tanda
tambah[+].Jadi kata tersebut terdiri atas tiga suku kata.
Berdasarkan
teori sonoritas dan teori prominans diketahui bahwa sebagian besar struktur
kata terdiri atas satu bunyi sonor yang berupa vokoid,baik tidak didahului dan diikuti kontoid, didahului dan
diikuti kontoid, didahului kontoid saja.Pernyataan itu bisa dirumuskan sebagai
berikut:
(K) V (K)
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar